Label

Kamis, 28 Februari 2013

Konsep Antropologi



BAB I
PENDAHULUAN



A.    LATAR BELAKANG

Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa.Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.

B.     RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian Antropologi;
2. Fase-fase Perkembangan Ilmu Antropologi;
3. Ilmu-ilmu bagian dari antropologi;
4. Konsep Dasar Antropologi
5. Konsep Antropologi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global

C.    TUJUAN

1. Dapat mengetahui pengertian Antropologi
2. Dapat mengetahui tentang fase-fase perkembangan ilmu Antropologi;
3. Dapat mengetahui ilmu-ilmu bagian dari Antropologi
4. Untuk memenuhi tugas Pendidikan IPS.

D.    MANFAAT

Manfaat dari pembuatan makalah ini diharapkan agar pembaca dapat mengetahui dan memahami pengertian dari Antropologi dan hal-hal yang berkaitan dengan ilmu-ilmu Antropologi.



BAB II
PEMBAHASAN


A.    PENGERTIAN ANTROPOLOGI

Secara harafiah antropologi,  adalah ilmu tentang manusia, yaitu ilmu yang mempelajari  tentang  manusia  sebagai  makhluk  masyarakat.  Artinya  bahwa manusia  dapat ditinjau  dari dua segi, yaitu sudut biologi  dan sudut sosio- budaya.   Namun   dalam   peninjauannya,   tidak   melihat   manusia   sebagai makhluk biologis dan makhluk sosio-budaya secara terpisah-pisah, melainkan secara keseluruhan yaitu sebagai satu kesatuan fenomena biososial.
Antropologi,   khususnya  antropologi   budaya  yang  oleh  Koencaraningrat (1990) dikatakan  sebagai pengganti  ilmu budaya,  merupakan  studi tentang manusia dengan kebudayaannya.  Sedangkan  oleh E. A. Hoebel (Fairchild, H.P. dkk., 1982:12) didefinisikan sebagai studi tentang manusia dengan pekerjaannya, lebih menitikberatkan kepada kebudayaan sebagai hasil pengembangan akal pikiran manusia.

Antropologi merupakan ilmu yang masih baru, oleh karena itu banyak yang mendefinisikan   antropologi   itu   berbeda-beda   sesuai   dengan   daerahnya. Menurut Koentjaraningrat (2002:1-6), dalam perkembangannya, antropologi dibagi atas empat fase.

·         Fase  pertama  (sebelum  tahun  1800),  merupakan  kisah  perjalanan  atau laporan-laporan   yang  merupakan  bahan  etnografi  atau  deskripsi  tentang bangsa di luar eropa. Misalnya Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau, dengan adat istiadat yang berbeda-beda. Dengan adanya bahan etnografi akan memudahkan untuk menguasai kebudayaan setempat.


·         Fase kedua (kira-kira Pertengahan  Abad ke-19), timbul karangan-karangan yang      menyusun   bahan   etnografi   berdasarkan   cara   berpikir   evolusi masyarakat.  Masyarakat  dan kebudayaan  manusia telah berkembang  secara lambat (evolusi) dalam jangka waktu yang sangat lama, atau dari bentuk yang belum beradab  sampai  bentuk  masyarakat  tertinggi.  Berdasar  cara berpikir tersebut , maka semua bangsa di dunia dapat digolongkan menurut berbagai tingkat evolusi. Timbullah beberapa karangan tentang keanekaragaman kebudayaan di dunia ke dalam tingkat evolusi tertentu. Selain itu timbul pula kalangan  yang  hendak  meneliti  sejarah  penyebaran  kebudayaan  bangsa- bangsa   di   dunia   dengan   tujuan   untuk   mempelajari   masyarakat   dan kebudayaan primitif serta penyebaran  kebudayaannya.
·         Fase ketiga (permulaan  Abad ke-20), pada saat ini ilmu antropologi dirasa penting,  karena  bangsa  Eropa  sedang  melancarkan  penjajahannya  di  luar Eropa. Sehingga antropologi menjadi ilmu praktis untuk penjajah. Berdasar catatan yang telah ada dapat diketahui  mengenai  adat istiadat daerah yang akan dijajah. Seperti halnya dengan Indonesia, dengan catatan deskripsi dapat diketahui  adat  istiadat  setiap  daerah.  Hal  ini  akan  memudahkan  penjajah untuk mengadaptasikan diri dengan penduduk setempat.
·         Fase keempat (sesudah kira-kira tahun 1930), antropologi mengalami perkembangan   luas,   karena   bertambahnya   pengetahuan   dan   ketajaman metode   ilmiahnya.   Hal   ini   mengakibatkan   timbulnya   kesadaran   bagi penduduk yang terjajah dan ingin adanya pengakuan yang sama. Selain itu adanya perubahan pada masyarakat non Eropa sebagai akibat pengaruh kebudayaan  Eropa  yang  masuk.  Ke  Indonesia.    Sejak  itulah  penyelidikan antropolohi   tidak   hanya   tentang   masyarakat   primitif   melainkan   juga masyarakat  kompleks.  Di  Indonesia  misalnya,  dengan  adanya  antropologi akan memudahkan  mengadakan  pembangunan  masyarakat  pedesaan. Sebab untuk membangun/modernisasi  kita harus dapat menyesuaikan  dengan adat istiadat setempat.


Mengenai tujuan antropologi pada fase keempat ini adalah :
1)      akademikal, yaitu mencapai pengertian tentang makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna bentuk fisiknya, masyarakat, serta kebudayaannya
2)      praktis, yaitu mempelajari manusia dalam aneka warna masyarakat guna membangun masyarakat suku bangsa.

Antropologi  merupakan  ilmu  yang  relatif  masih  muda yang  baru berumur kira-kira satu abad saja, menyebakan terjadinya kesimpangsiuran cara menggunakan ilmu ini, dan menjadi pokok perbedaan paham antara berbagai aliran  yang  ada dalam  kalangan  para ahli itu sendiri.  Secara  kasar  aliran- aliran dalam antropologi dapat digolongkan berdasarkan atas berbagai universitas di beberapa negara di mana ilmu antropologi berkembang.

a.) Di Amerika, antropologi telah berkembang secara luas, artinya obyek penelitiannya  sama  dengan  yang  terdapat  pada  fase  keempat,  tetapi dengan tidak melupakan fase-fase sebelumnya.
b.) Di Inggris, pada mulanya memang ilmu antrpologi digunakan untuk kepentingan penjajahan. Namun setelah daerah jajahannya merdeka, para sarjana   Inggris   memperhatikan   berbagai   masalah   yang   lebih   luas mengenai  dasar-dasar  masyarakat  dan kebudayaan.  Metode  antropologi yang telah dikembangkan di Amerika Serikat telah mulai mempengaruhi berbagai lapangan penelitian para sarjana antropologi Inggris
c.) Di Eropa Tengah, ilmu antropologi masih bertujuan mempelajari bangsa- bangsa   di   luar   Eropa   untuk   mencapai   pengertian   tentang   sejarah penyebaran  dari kebudayaan-kebudayaan  dari seluruh  umat  manusia  di dunia. Jadi sifat antropologinya  masih seperti pada fase kedua. Namun demikian pengaruh antropologi di Amerika Serikat juga sudah mulai berpengaruh  pada  berbagai  ahli  antropologi  generasi  muda  di  Jerman Barat dan Swiss.


d.)Di Eropa Utara, antropologi lebih menitikberatkan pada  penyelidikan kebudayaan  suku-suku  bangsa  di luar Eropa,  terutama  bangsa  Eskimo. Para sarjana Skandinavia juga mempergunakan metode antropologi yang dikembangkan di Amerika Serikat.
e.) Di  Uni  Soviet,  ilmu  antropologi  menunjukkan  bidang  praktis,  yaitu melakukan kegiatan besar dalam hal mengumpulkan bahan tentang anekaragam bentuk masyarakat dan kebudayaan dari suku-suku bangsa di Uni Soviet. Dengan demikian ilmu antropologi dapat dijadikan alat untuk mengembangkan saling pengertian antara suku-suku bangsa yang beranekaragam tersebut.
f. )   Di negara-negara bekas jajahan Inggris, terutama di India, metode-metode ilmu antropologi mendapat pengaruh besar dari aliran Inggris. Di India, antropologi  digunakan  untuk  hubungan  praktis  untuk  mencapai pengertian soal-soal kehidupan masyarakat yang heterogen. Satu hal yang menarik, di India antropologi dan sosiologi bukan lagi sebagai dua ilmu yang  berbeda,  tetapi  hanya  berupa  dua  golongan  metode  saja  yang menjadi satu, sebagai ilmu sosial yang baru. Di India masalah nasional dan masalah kota-kota sangat erat kaitannya dengan masalah-masalah pedesaan.
g.) Di Indonesia, sekarang baru mulai mengembangkan ilmu antropologi Indonesia           yang    khusus,     artinya     diselaraskan     dengan     masalah kemasyarakatan di Indonesia.


B.     RUANG LINGKUP ANTROPOLOGI

Ruang  lingkup   antropologi   itu  sangat  laus,  perhatian   ilmu  antropologi ditujukan kepada sifat-sifat khusus badani dan cara-cara produksi, tradisi- tradisi, dan nilai-nilai yang membuat pergaulan hidup yang satu berbeda dari pergaulan  hidup  lainnya.  Dilihat  dari  sudut  antropologi,  manusia  dapat ditinjau dari dua sudut, yaitun sudut biologi dan sudut sosio-budaya.  Cara peninjauannya  tidak  terpisah-pisah  melainkan  holistik,  artinya  merupakan satu kesatuan fenomena bio-sosial.

Di  Amerika  Serikat,   Antropologi   telah  berkembang   luas  hingga  ruang lingkup dan batas lapangan penyelidikannya paling sedikit mempunyai lima masalah penelitian khusus, yaitu.
1)      Sejarah asal dan perkembangan manusia secara biologis.
2)      Sejarah terjadinya aneka ragam makhluk manusia, dipandang dari sudut ciri-­­ciri tubuhnya.
3)      Sejarah  asal, perkembangan  dan penyebaran  aneka ragam bahasa  yang diucapkan manusia di seluruh dunia.
4)      Perkembangan,   penyebaran,  dan  terjadinya  aneka  ragam  kebudayaan manusia di seluruh dunia.
5)      Mengenai    asas-asas    dari    kebudayaan    manusia    dalam    kehidupan masyarakat dari semua suku bangsa yang tersebar di seluruh dunia.

Demikian luasnya ruang lingkup obyek antropologi hingga dirasakan adanya subdisiplin  dari antropologi.  Sebagai contoh, negara Indonesia  yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil bersatu dalam satu pemerintahan. Hal itu tidak berarti semua pulau mempunyai  ciri yang sama baik ditinjau dari segi budaya, agama, bahasa, dan adat istiadatnya.


Sebaliknya jika kita cermati bahwa setiap suku bangsa mempunyai ciri khas tersendiri. Justru dari keanekaragaman itulah ada satu tali pengikat kuat yang merasa bahwa kita merupakan satu kesatuan yang disebut dengan bangsa Indonesia. Oleh karena itu di bawah lambang negara kita yaitu burung garuda tertera kalimat “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Yang berbeda disini adalah cara hidupnya atau kebudayannya.


C.    KONSEP ANTROPOLOGI DALAM KONTEKS LOKAL, NASIONAL, dan GLOBAL

Pada  hakikatnya,  perkembangan  aspek  kehidupan  apa pun yang  mengarus mulai dari tingkat lokal sampai tingkat global, dasarnya terletak pada budaya dengan  kebudayaan  yang  menjadi  milik  otentik  umat  manusia.  Makhluk hidup, selain manusia, tidak mungkin dapat mengubah tatanan kehidupannya sampai mengglobal.

Di sinilah letak keunikan umat manusia dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya. Cobalah Anda amati dan hayati perkembangan serta kemajuan yang ada di sekitar Anda. Bangunan dari gubuk, rumah darurat, rumah permanen sampai gedung bertingkat pencakar langit. Jalan, mulai jalan setapak, jalan desa, jalan kebupaten, jalan propinsi, sampai jalan tol yang dilengkapi dengan jembatan layang. Kendaraan, mulai dari yang didorong/ditarik oleh manusia, ditarik oleh hewan, kendaraan bermotor sampai kendaraan ruang angkasa. Pakaian,  mulai  dari  kulit  kayu,  kulit  binatang,  kapas,  wool  sampai  serat sintesis. Alat tulis menulis, mulai dari hanya menggunakan arang, bulu angsa, pensil, pena, ballpoin, computer, faksimil sampai ke internet. Semua itu tidak lain  adalah  hasil  pengembangan  akal  pikiran  manusia  atau  hasil pengembangan budaya sebagai perkembangan kebudayaan.


Dengan   memperhatikan   dan   menyimak   apa   yang   telah   diilustrasikan berkenaan dengan perkembangan aspek-aspek kehidupan manusia yang juga aspek-aspek kebudayaannya, kita telah melihat perspektif kebudayaan, menganalisis  perkembangan  kebudayaan  dari masa yang lalu, hari ini, dan kecenderungannya  di  masa  yang  akan  datang.  Salah  satunya  yang  terus berkembang,  baik  perkembangan,  penerapan,  serta  pemanfaatannya  adalah Iptek.

Hanya  saja  di  sini  wajib  kita  sadari  bahwa  Iptek  itu  produk  akal  pikiran manusia,  sehingga  jangan  terjadi  manusia  seolah-olah  dikendalikan  Iptek, justru  sebaliknya  manusialah  yang  mengendalikan  Iptek.  Dengan pengembangan dan peningkatan daya pikir yang aktif dan kritis, kita menghindarkan  diri  dari  ketergantungan  terhadap  Iptek  yang  hakikatnya adalah  produk  budaya,  yang  seharusnya  kita  manusia  mengendalikan.  Di sinilah uniknya budaya dan di sini pula perspektif antropologi.

Pendidikan tidak dapat dilepaskan dari interaksi sosial yang dilakukan oleh anggota-anggota  masyarakat  bersangkutan.  Suasana  kondusif terselenggaranya  pendidikan  sangat  ditentukan  oleh ketenteraman,  jaminan peraturan,  kepemimpinan,  dan pemerintahan  yang stabil (politik),  sehingga terdapat serta tumbuh ketenangan hati dan kesadaran dalam diri anggota masyarakat  tadi  (psikologi).  Hal  tersebut  merupakan  contoh  dan  ilustrasi yang dapat Anda dan kita semua hayati dalam diri masing-masing serta dalam kenyataan hidup di masyarakat dari waktu ke waktu.

Dalam  kehidupan  umat  manusia  yang  makin  terbuka,  persilangan kebudayaan,  bukan  hanya merupakan  tantangan,  melainkan  sudah  menjadi kebutuhan.   Mengapa   demikian?   Kenyataannya,   negara-negara   di   dunia termasuk  di  dalamnya  Indonesia  secara  sengaja  melakukan  pertunjukan kesenian   keliling   dunia,   pertukaran   pelajar   antar   negara,   belum   lagi pertemuan  internasional  berbagai  pakar  dari berbagai  bidang  ilmu pengetahuan. Dalam suasana yang demikian, manusia yang menjadi dutanya berinteraksi, sedangkan aspek budaya yang dibawa dan dibawakannya bercampur  baur. Dalam kondisi yang demikian,  disadari atau tidak, terjadi persilangan unsur-unsur kebudayaan.

Demikinalah  proses globalisasi  budaya yang secara sengaja dilakukan  oleh kelompok-kelompok  manusia, dan bahkan oleh negara-negara  di dunia ini. Namun satu hal, seperti telah dikemukakan terdahulu, kewaspadaan terhadap dampak negatif harus menjadi  kepedulian kita semua. Ditinjau dari konteks budaya  dan  antropologi,   hal  itulah  yang  wajib  menjadi  pegangan   kita bersama.


BAB III
PENUTUP


Kesimpulan


Kata-kata kunci dalam pembahasan antropologi, sebagai landasan kunci dalam kehidupan berbudaya serta bermasyarakat adalah konsep-konsep dasar yang telah dijelaskan di atas, yang mana meliputi ciri-ciri dari suatu kebudayaan yang bermakna di dalam pola kehidupan masyarakat manusia seperti tradisi, pengetahuan, lembaga, seni, bahasa, lambang dan lain-lain yang mencerminkan suatu kebudayaan tersebut. Untuk mempelajari dan mengembangkan suatu kebudayaan ada hal yang menonjol pada jenis manusia yaitu, budaya belajar, yang membawa kemajuan yang sangat pesat pada diri manusia. Budaya belajar, menjadi landasan pelaksanaan pendidikan yang membawa kemajuan manusia dengan segala aspek serta unsur kebudayaan bahkan melalui pendidikan ini, segala sesuatu yang melekat pada diri manusia yang menjadi konsep dasar antropologi itu juga mengalami pergeseran. Misal adanya pergeseran tradisi, nilai, norma dan kelembagaan. Yang selanjutnya juga berdampak pada perkembangan dan kemajuan pengetahuan, ilmu dan teknologi, bahkan juga terjadi pengaruh sebaliknya.



DAFTAR PUSTAKA
  • Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT Rineka Cipta
  • Sumaatmadja Nursid. 2008. Konsep Dasar IPS. Jakarta : Universitas Terbuka
  • www.google.com
  • www.wikepedia.com